31 Juli 2008

RENANG DI AQUA ???

Sekarang kalau lagi minum Aqua saya pasti ingat saat dulu masih SD. Apa hubungannya ???. Kebenaran cerita ini saya sendiri juga gak tau dan gak pernah saya cari tahu. Saya mempunyai seorang paman di Pandaan yang rumahnya di daerah pabrik Aqua yang terkenal itu. Setiap kali saya pergi berlibur ke Pandaan yang saya lakukan adalah berenang di sungai. Gak tau kenapa begitu lihat sungai pasti inginnya nyemplung aja. Keinginan saya didukung dengan kondisi jalan yang ada saat itu. Lho ?? yap, saat itu untuk menuju ke rumah paman setelah turun dari bis di depan Essex (sekarang dah gak boleh turun situ !) saya harus berjalan melewati tambak-tambak ikan, pematang-pematang sawah dan terakhir yang saya tunggu-tunggu batu-batu di sungai. Saat itu memang belum ada jembatan penghubung di desa paman. Alhasil begitu melewati batu tersebut pasti saya kejebur (sengaja sich !). Air sungai di desa paman saat itu gak begitu keruh tapi juga gak begitu bening, itu yang membuat ortu melarang saya mandi di sungai. Karena kenekatan saya, larangan tersebut tak pernah saya hiraukan. Mandi di sungai bagi saya merupakan kewajiban tiap sore.
Mungkin karena merasa gak enak sama ortu (analisa saya sendiri), paman suatu ketika mengajak saya berenang di kolam yang tidak biasanya. Paman mengajak saya ke tetangga desa disebelah desanya, menyeberang jalan poros Surabaya Malang berjalan sedikit di sawah-sawah dan yap ! persis di lokasi pabrik aqua sekarang. Saat itu disana ada sumber air tawar yang airnya begitu bening, didalamnya ada ikan besar-besar yang kata orang sana adalah ikan jadi-jadian jadi gak ada yang berani mengambilnya walaupun ikannya begitu mudah kita pegang. Sumber air tersebut sangat besar, bahkan diameter kolam sekitar 5 meter itu pun tak sanggup menampung luberan airnya dan dialirkan ke sawah-sawah.
Saya hanya sempat sekali itu saja berenang di kolam tersebut, karena beberapa tahun kemudian saya sudah melihat pabrik aqua berdiri disana. Sampai saat inipun saya gak tahu dan tak akan mencari tahu darimana sumber air aqua, tapi kalo memang benar sumbernya dari kolam tempat saya berenang, betapa beruntungnya saya pernah berenang di “mata air Pegunungan”-nya aqua. Kalaupun salah yang pasti saya ingat pernah ada sumber air yang begitu indah di bawah bangunan pabrik yang besar saat ini.

30 Juli 2008

Monster Besi Tengah malam

Saat itu saya masih duduk di bangku SMP, ceritanya mau kemping ke Coban Talun. Dengan modal restu orang tua yang agaknya kurang rela melepas anaknya pergi saya pergi dengan 4 orang kawan. Dengan modal tanya akhirnya kami nyampe juga di Coban Talun, Batu-Malang. Lumayan juga pemandangan di sana, bau pinus yang menyengat menambah indah suasana pegunungan. Kami memilih lokasi tenda kami persis di pinggir sungai, tadinya bahkan ada teman saya yang mengusulkan dirikan tenda di tengah delta sungai (saya sebut delta karena saat itu ada gundukan pasir di tengah sungai yang dalamnya cuma sedengkul anak SMP). Tapi usul teman tersebut kami tolak dengan alasan takut nanti tengah malam tau-tau hujan dan sungainya banjir.
Saat mulai malam, hilang segala kesenangan saya pada suasana pegunungan. Suara jangkrik menambah seram suasana, kebetulan saat itu hanya kami sendiri yang lagi berkemah. Entah mengapa mata saya yang mulai ngantuk tak bisa terpejam juga (takut kali ya ?) tapi karena sudah membulatkan tekad untuk pergi ke sini tengsin dong kalo mau balik, padahal sudah pamit mau pergi 3(tiga) hari.
Tiba-tiba saya mendengar suara menderam dalam kegelapan malam, bunyinya begitu keras masuk kedalam sungai. Suara menderam itu makin lama makin keras dan bersambungan seakan tak mau habis. Suasana tenda kami tak kalah gempar, kami saling berebut tikar dan ransel untuk menutupi badan dan telinga kami. Setelah kurang lebih 5 menit baru suara tersebut hilang, alhasil malam pertama itu kami tak bisa memejamkan mata lagi.
Keesokan harinya bak detektif kesiangan kami mencoba mencari tahu suara apa tadi malam yang kami dengar. Ternyata disekeliling tenda kami banyak jejak roda mobil yang menyeberang kesungai, usut punya usut dari cerita penduduk sekitar memang kadang ada rombongan dengan mobil 4 WD yang sering naik ke gunung melalui jalur kami berkemah.
Dulu kami tak pernah tahu dan tak mau tahu mau ngapain rombongan orang tersebut lewat tengah malam ? Mudah-mudahan bukan untuk illegal logging ya ?

28 Juli 2008

Ngliyep Beach

"Ngliyep is a rocky beach at the southern part of Malang, where gigantic waves meet coral reefs. In addition, it has an isle with a lush green tropical forest giving more enchantment to the beach. This beach is provided with some facilities such as: stalls, souvenir shops, inns, etc. Annually, the ritual ceremony " LABUHAN MULUDAN" (offering ceremony) is held. here. It lies at Kedungsalam village, belonging to Donomulyo Sub District, 62 kms to the south from Malang".
Yang belum pernah kesini, ciamik banget !!! banyak cerita-cerita magis di pantai ngliyep ini. Penduduk sekitar percaya akan legenda Nyai Roro Kidul yang terkenal itu. Bahkan sudah banyak kejadian tenggelamnya orang di pantai ngliyep yang dikaitkan dengan cerita tersebut. Orang sering menganggap kalo Nyai Roro Kidul lagi cari korban.
Ada larangan orang memakai baju hijau di pantai tersebut, karena dianggap warna hijau adalah warna favorit Nyi Roro Kidul, jadi siapa yang berani pake baju hijau di pantai ngilep ???? (takut!!!!)

Coban Rondo

"The beautiful waterfall on the mountain resort that is about 26 kms to the west from Malang is very interesting to see. The height of the waterfall is 60 meters. Around the waterfall, visitors can find beautiful panorama, peaceful impression. Facilities: camping ground, jogging track, fishing or playing with the three elephants from the Elephants' School "Waykambas - Lampung". The waterfall is located at Pandansari village, belonging to Pujon Sub District (32 kms away to the west from Malang)".
Yang belum pernah ke coban rondo ati-ati ya !! soalnya jalannya nanjak banget ! kalo bawa mobil sendiri ati-ati aja selain nanjak kalo udah sore pasti kabut tebal banget. Hampir tiap sore di kawasan wisata ini pasti turun hujan, jadi saya sarankan kalo mo pergi ke sini waktu musim kemarau aja.

08 Juli 2008

My HomeTown

M A L A N G
Malang, one of the cleanest and coolest cities in East Java has, without any doubt, been famous since a long time ago. Historical remnants are scattered around Malang Regency showing that it has played important role in many eras. Malang Regency his between 112° 17' 10,90" and 112° 57' 00,00" east longitude and extending from 7° 44' 55 11 up to 8° 26' 35.45" south latitude
Boundary: The Regency borders on Blitar and Kediri Regencies in the West, Jombang, Mojokerto and Pasuruan in the North, Probolinggo and Lumajang Regencies in the East and Indonesian Ocean in the South.Malang Regency has 7 Districts, 1 Administrative Town, 35 Sub Districts, 16 Ward Administrative Units and 390 Urban Villages.Malang, which is noted as one of the most fascinating towns in East Java, lies 90 kms away to the south from Surabaya, the capital city of the province. It is really a nice place to stay. Malang has now become the educational, industrial, cultural as well as tourist centre.A large number of schools, ranging from elementary and secondary schools to universities, indicate the town as an outstanding centre of education.Thousands of students from all over East Java and even those from other provinces flock to the town to study either in private or public schools.In the mean time, a wide range of companies - some of which are the big Bentoel cigarette company which is quite popular among the ASEAN countries as well as European countries, Penamas cigarette company, coconut oil factory, 'Topeng' or Mask handicraft at the villages of Jabung and Kedungmonggo have become a familiar landmark in Malang Regency, showing evidently that the city is really an industrial centre. As a centre of tourism, Malang has a lot of places of interest which are classified into local, regional, national and international standards, including traditional dance performances such as Tari Topeng (Mask dance), Jaran Pegon, Tari Beskalan (Beskalan Dance), etc.